JAKARTA — Pemerintah Indonesia terus mengoptimalkan langkah strategis dalam merespons kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donald Trump serta mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah.
Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia tidak akan gentar menghadapi tekanan global yang ditimbulkan oleh kenaikan tarif tersebut.
“Apa yang terjadi sekarang, goncangan-goncangan dunia akibat negara ekonomi yang terkuat membuat kebijakan-kebijakan memberi peningkatan tarif yang begitu tinggi kepada banyak negara, ini bisa dikatakan menimbulkan ketidakpastian dunia, banyak negara yang cemas,” ujarnya.
Presiden Prabowo menyatakan bahwa sejak awal para pendiri bangsa telah menekankan pentingnya kemandirian ekonomi.
Ia kembali menyerukan perlunya membangun kekuatan nasional agar tidak terus-menerus tergantung pada kebijakan negara adidaya.
“Padahal sebenarnya pendiri-pendiri bangsa kita dari sejak dulu dan termasuk saya, bertahun-tahun saya sudah ingatkan mari kita bangun ekonomi kita dengan sasaran berdiri di atas kaki kita sendiri,” tegasnya.
Meski Indonesia termasuk negara yang terkena tarif 32 persen, Prabowo menilai hal tersebut bukan ancaman serius.
Ia menekankan kekuatan sektor pertanian dan kesiapan pemerintah untuk membuka dialog konstruktif.
“Kita tenang, kita punya kekuatan, tapi juga akan berunding. Kita berunding dengan semua negara, kita juga buka perundingan sama Amerika dan akan sampaikan kita ingin hubungan baik, adil, dan kita ingin setara,” ucapnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga.
Ia menyebut probabilitas resesi Indonesia hanya 5 persen, jauh lebih rendah dari Amerika Serikat yang mencapai 60 persen.
“Indonesia naik 7 tingkat dan kinerja perek serta efisiensi bisnis relatif baik itu yang dilaporkan oleh IMD,” ungkapnya.
Airlangga menambahkan bahwa pemerintah telah mengajukan proposal negosiasi kepada US Trade Representative.
Proposal tersebut mencakup penyesuaian tarif impor dan peningkatan pembelian komoditas AS seperti gandum, kapas, dan produk migas.
Sementara itu, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan menilai bahwa dampak langsung terhadap ekonomi Indonesia relatif terkendali.
Ia menyebut porsi ekspor ke AS hanya sekitar 10 persen dari total ekspor nasional.
“Kita mampu menyelesaikan masalah ini. Presiden telah membuat keputusan-keputusan yang cepat dan menurut saya tidak terbayangkan,” jelasnya.
Pemerintah menegaskan bahwa seluruh kebijakan yang dijalankan bertujuan menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Masyarakat pun diminta tetap bersatu dan tidak terprovokasi isu-isu yang melemahkan semangat kebangsaan dalam menghadapi tantangan global ini. (*)